Uncategorized
PROMOVENDUS FAJRUL MUNIR RAIH DOKTOR DENGAN DESERTASI INKLUSIVISME MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
PROMOVENDUS FAJRUL MUNIR RAIH DOKTOR DENGAN DESERTASI INKLUSIVISME MAHASISWA DI PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM
Dosen Pendidikan Dakwah Ar Risalah dan IPRIJA yang telah mengikuti ujian terbuka, guna memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Agama Islam pada Program Doktor Pascasarjana Universitas Islam Jakarta, dengan karya penelitian bertemakan “Inklusivisme Mahasiswa di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam”, akhirnya menghantarkan Promovendus Fajrul Munir meraih Gelar Doktor Pendidikan Agama Islam dari Universitas Islam Jakarta.
Dimana Promovendus Fajrul Munir dihadapkan dalam sidang penguji yang terdiri para Profesor di antaranya, Ketua penguji Prof. Dr. Ir. Raihan, M.Si. (Guru Besar / Rektor Universitas Islam Jakarta), Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. ( Ketua Program Studi Doktor Universitas Islam Jakarta ), Prof. Dr. Dedi Djubaedi, MA.( Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ), Dr. Popi Puadah Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Islam Jakarta, Dr. Atabik Luthfi, MA. Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Islam Jakarta serta Penguji Luar Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.( Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta )
Dalam paparnnya, Promovendus Fajrul Munir, menegaskan bahwa disertasi “Inklusivisme Mahasiswa di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam” merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi fenomena yang membentuk inklusivisme mahasiswa PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) dengan nilai-nilai inklusivisme dan indikator yang dapat diamati. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam, angket, observasi partisipatif, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini, pertama, fenomena inklusivisme mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam merupakan sikap mahasiswa yang memiliki nilai-nilai: kebhinnekaan ditandai adanya sikap terbuka dan menerima perbedaan (Tanawu’), kesepahaman ditandai adanya sikap saling mengenal dan menghargai (Ta’aruf), kerjasama ditandai adanya sikap tolong menolong dan gotong royong (Ta’awun), serta keharmonisan ditandai adanya sikap setara, seimbang, moderat dan toleran (Tanasug).
Kedua, muatan materi inklusivisme pada mata kuliah PAI (tafsir, hadis, fighh dan PPKn (pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) yang diimplementasikan berdasarkan 4 nilai inklusivisme (4T) yakni: Tanawu’, Ta’aruf, Ta’awun dan Tanasug.
Ketiga, peran dosen agama dalam mengembangkan sikap inklusif mahasiswa terbagi menjadi dua peran: 1) dalam kegiatan pembelajaran agama menggunakan pendekatan kontruksivisme dan rekontruksi. 2) dalam kegiatan non pembelajaran, dengan bimbingan nasihat, suri teladan, contoh pergaulan dan sebagai konselor.
Keempat, Budaya kampus merupakan tradisi dan interaksi yang ada di dalam lingkungan kampus ataupun lingkungan sekitarnya yang mendukung penanaman nilai inklusivisme terhadap mahasiswa.
Dan Promovendus Fajrul Munir berharap dengan kriteria inklusifisme mahasiswa tersebut bisa membentuk mahasiswa IPRIJA Inskusifisme melalui internalisasi melalui materi kuliah, dorongan dosen termasuk budaya kampus, sehingga menimbulkan sikap inklusifisme mahasiswa sehingga bisa menerima setiap perbedaan di negara kita, harapnya.
Usai Sidang, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA melihat bahwa karya penelitian promovendus Fajrul Munir merupakan upaya, bagaimana menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang inklusif, dengan definisi terbuka dengan berbagai keragaman agama, budaya dan interaksi sosial, jangan kemudian menyalahkan orang lain bahwa dia memiliki keyakinan yang diyakini, dan ada empat kriteria dalam keragaman tersebut, yaitu Kebhinekaan, Saling mengenal satu sama lain serta terbangun kerjasama dan saling berempati.
Menurut saya ini bisa dikembangkan Pendidikan Agama Islam Perguruan Tinggi, maupun di sekolah-sekolah menengah, paparnya.
Sementara Rektor Universitas Islam Jakarta, Prof Raihan juga bersyukur atas promosi yang ke-54, sebagai lulusan Doktor Universitas Islam Jakarta, dengan paparan disertasinya, bagaimana mahasiswa di dalam berperilaku, artinya ada hal yang ada istilah Inklusivisme dimana mahasiswa harus bisa menghormati perbedaan, bergotong-royong dan saling menghargai, ini merupakan penguatan bagi mahasiwa perguruan tinggi keagamaan dalam berperilaku kesehariannya, serta ditularkan ke masyarakat, terasnya. (Red).