DKI Jakarta
REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TIMBULKAN KETIMPANGAN PADA MASYARAKAT INDONESIA. DI MANAKAH EKONOMI PANCASILA?

Jakarta, UNITINGINDONESIA.COM – Pada hari Jumat sore, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) mengadakan bincang-bincang dan diskusi santai di sekretariat IP-KI yang berlokasi di Gedung Juang 45, Jakarta Pusat. Acara ini membahas tentang pentingnya ekonomi Pancasila dalam konteks revolusi industri 4.0. (Jumat, 05/07/24)
Diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Ketua Umum DPP IP-KI Bapak Baskara Sukarya, Sekretariat Jenderal DPP IP-KI Bapak Troy Adipraja, Ketua IP-KI DPW DKI Bapak Guntur Aritonang, Dewan Pakar IP-KI Prof. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S., serta beberapa anggota lainnya.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Bomer memberikan pernyataan penting mengenai kondisi ekonomi global dan nasional. Beliau menyoroti bahwa revolusi industri 4.0 telah menciptakan ketimpangan kekayaan yang semakin melebar, dimana segelintir orang menikmati ledakan kekayaan sementara mayoritas lainnya semakin terpuruk dalam kemiskinan.
“Sistem ekonomi Pancasila ini sebenarnya menjembatani antara ekonomi proletariat dan ekonomi free fight liberalism ke tengah, dengan tujuan utama masyarakat sejahtera, adil, dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Prof. Bomer.
Beliau juga menekankan pentingnya penerapan sistem ekonomi Pancasila dalam pembangunan nasional. Di era Orde Baru, pembangunan ekonomi sebagai pengamalan Pancasila sangat ditekankan, namun pada era Reformasi, sistem ini relatif ditinggalkan. Prof. Bomer menyatakan bahwa ketimpangan yang semakin meningkat di Indonesia mengharuskan kita untuk kembali mengamalkan sistem ekonomi Pancasila.
“Kita harus tegas mengusulkan bahwa sistem pembangunan mencantumkan sistem ekonomi Pancasila sebagai pengamalan Pancasila dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dari tahun 2025 hingga 2030, serta dalam rencana pembangunan jangka panjang 2025 – 2045 Indonesia emas, dengan target pertumbuhan ekonomi 8%,” tegas Prof. Bomer.
Prof. Bomer juga menyoroti tingginya tingkat korupsi di Indonesia yang semakin meningkat sejak era Reformasi. Menurut beliau, ini menjadi salah satu hambatan terbesar dalam pembangunan nasional.
“Dengan adanya revolusi industri 4.0, tingkat ketimpangan di Indonesia bukan menurun malah makin naik. Namun, yang paling menyedihkan adalah ketika dunia meledak dengan industrialisasi, di Indonesia malah meledak dengan deindustrialisasi,” jelas Prof. Bomer.
IP-KI berharap dengan kembali mengamalkan sistem ekonomi Pancasila, Indonesia dapat mencapai masyarakat sejahtera, adil, dan makmur sesuai dengan cita-cita bangsa. (Bond)
