Nasional
Peringati HUT IP-KI ke 69: Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Sejarahnya
Peringati HUT IP-KI ke 69: Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghargai Sejarahnya
Jakarta, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IP-KI) adalah organisasi kemasyarakatan yang lahir 69 tahun silam, dalam kiprah pada awal-awal kemerdekaan organisasi yang didirikan oleh Jenderal Besar A.H Nasution dan Ibu Ratu Aminah Hidayat sebagai ketua umum pertama dan menjadi wanita pertama sebagai ketua umum salah satu organisasi kemasyarakatan yang juga merupakan pejuang wanita pada saat itu.
69 tahun bukan waktu yang sebentar bagi organisasi ini untuk melakukan rangkaian kegiatan perlahan namun pasti dan selalu memberikan kontribusi gagasan dan masukan yang kritis kepada pemerintah sebagai bagian yang tidak terlepaskan dalam satu kesatuan nilai juang yang diwariskan oleh para pendiri IP-KI.
Oleh sebab itu untuk meneruskan perjuangan para pahlawan dan tokoh negarawan Indonesia maka IP-KI merayakan ulang tahun yang ke-69 di Gedung Joang 45 dengan menghadirkan para kadernya dan mendengarkan pidato kebangsaan dari Bambang Sulistomo selaku Ketua Umum IP-KI saat ini (Sabtu, 20/05/23).
Dalam pidatonya Ketua Umum IP-KI Bambang Sulistomo yang juga adalah anak dari pejuang kemerdekaan Indonesia Bung Tomo, memberikan gagasan maupun masukan kepada pemerintah agar senantiasa mengingat amanat yang diberikan rakyat sebagai bangsa bekas jajahan.
See also Feby Deru Harapkan Pelaku UMKM Sumsel Semakin Kreatif
Dalam pidatonya, Bambang Sulistomo menyatakan, sampai saat ini masyarakat Indonesia masih memiliki kelembagaan ekstraktif warisan kolonialisme maupun feodalisme. Pada saat yang sama bangsa Indonesia mau tidak mau, suka tidak suka harus masuk dalam pusaran arus deras globalisasi sistem ekonomi pasar (Kapitalisme Global) yang ditandai dengan leluasanya gerak modal negara maju, menerjang batas-batas kedaulatan negara berkembang, menghalalkan prinsip-prinsip pasar bebas yang menyampingkan nilai keluhuran Pancasila, dengan menciptakan format-format kumpulan majemuk namun senafas terhadap kepentingan segelintir golongan semata. Maka jelaslah bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang bersifat multidimensional. Di sini kemudian timbul pertanyaan yang menyesakkan dada, apa yang dapat kita sumbangkan untuk mengatasi tantangan bangsa tersebut?
“Oleh karena itu berlandaskan semangat proklamasi dan keresahan serta kesadaran batin, IP-KI harus kembali tampil memberikan teladan antara lain dengan menemukan pilihan pembangunan dan teknologi yang senafas dan selaras dengan kebutuhan rakyat Indonesia demi mewujudkan masyarakat adil makmur sebagai hakikat hidup mereka dengan konsisten terhadap ikrar kita sebagai insan IP-KI sebagaimana manifest kita, IP-KI harus mampu menjadi garda depan pembangunan kebudayaan bangsa Indonesia yang maslahat, kita harus membangun berdasarkan paradigma people driven sehingga seluruh kebijakan yang disusun secara kelembagaan yang dibangun dan teknologi yang dipilih, tidak semata-mata tunduk pada supremasi modal” tegasnya.
See also Keluarga Besar Marga Rajagukguk Sedunia Akan Tanam Pohon Aren
Selain itu Mulyadi Guntur selaku Sekretaris Jenderal IP-KI menyatakan dalam pembukaan perayaan ulang tahun IP-KI, dalam rangkaian acara Munas IP-KI nanti di bulan Juni mendatang, akan diadakan diskusi kebangsaan yang mengundang para kelompok yang pro Pancasila dan yang kurang setuju dengan Pancasila.
“Hal tersebut penting, supaya kita mengetahui apa yang mendasari kelompok-kelompok itu kurang setuju dengan Pancasila, dan apa menyebabkan hal tersebut bisa terjadi” tukasnya.