Connect with us

Uncategorized

Bulan Bung Karno, DPC PDI-P Jaktim Gelar Diskusi Publik Waspada De Sukarnoisasi dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Gugah Semangat “Jas Merah”

Bulan Bung Karno, DPC PDI-P Jaktim Gelar Diskusi Publik Waspada De Sukarnoisasi dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia, Gugah Semangat “Jas Merah”

Bertempat di Aula Bung Karno, Lt. 2 Kantor DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, Jl. H. Naman No. 3 Pondok Kelapa. Duren Sawit, pada Sabtu 21 Juni 2024, Jajaran DPC PDI Perjuangan Kota Jakarta Timur menggelar “Diskusi Publik” dalam rangkaian Haul Bung Karno ke 55, tahun 2025, dan menghadirkan Keynote Speech Ganjar Pranowo. (Ketua DPP PDI Perjuangan).

Erri Syahrian ketua panitia menjelaskan bahwa acara ini dihadiri disamping jajaran DPC, PAC juga kita undang Mahasiswa, Organisasi kepemudaan serta ormas juga Wartawan, sementara narasumber yang dihadirkan Bonnie Triyana (Kepala Badan Sejarah DPP PDI Perjuangan/ Anggota DPR RI Komisi X), DR. Bondan Kanumoyoso, S.S., M.Hum (Dekan FIB Univ. Indonesia), DR. H. Bambang Kusumanto, M.Sc (Dewan Pakar LDII Pusat). Nata Sutisna dari Pusat Studi Islam dan Soekarno ( KOPIAH CO ), acara tersebut juga untuk Memperkuat Kajian dan Ideologisasi, Karena Tidak ada Gerakan Revolusioner tanpa Pemikiran yang Revolusioner”.

Sub tema Diskusi adalah “Kekuatan Kita Harus Tetap Bersumber Kepada Kekuatan Rakyat, Tetap Apinya Semangat Rakyat”

Dalam sambutannya saat membuka Diskusi, Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, Dwi Rio Sambodo menegaskan bahwa Menteri Pendidikan akan melakukan penulisan ulang Sejarah Indonesia dengan anggaran yang cukup besar, kita melihat ada upaya L De Soekarnoisasi yang akan menghilangkan sejarah panjang perjuangan Bung Karno, atau ada upaya penghapusan pemikiran Soekarno, saya yakin ini pasti akan lebih menyakitkan bagi para penganut pemikiran-pemikiran Soekarno dan Kita paham betul, tentu motifnya banyak dimensi, banyak aspek dan sebagainya, termasuk aspek ekonomi, politik.

Memang kita akui bahwa pemikiran Soekarno ini sangat-sangat tidak membuat nyaman bagi kalangan-kalangan tertentu, khususnya kalangan kapitalisme Global, imperialisme global dan kalangan kolonialisme yang bagaimana kemudian dalam praktek kerja operasionalnya tentu bukan upaya-upaya eksploitasi dan pengesahan, dan tentu Indonesia sebagai salah satu bagian komponen negara, bangsa di dunia, ini memiliki kekayaan yang sangat menggiurkan dan itu tentu menjadi objek sasaran bagi kalangan-kalangan tertentu.

Bagaimanapun juga, kontribusi kita terhadap nusa dan bangsa, melalui media perjuangan sangat dinantikan oleh sejarah masa depan kita semuanya, ungkap Rio Sambodo.

Ganjar Pranowo dalam pesannya mengapresiasi kegiatan diskusi publik yang mengangkat tema waspada Desukarnoisasi dalam penulisan ulang sejarah Indonesia, ini dalam upaya penyelamatan sejarah, sebagai penerus semangat perjuangan Soekarno kita harus memiliki sikap tegas, menolak upaya pelupaan, penyempitan, dan penghilangan pemikiran-pemikiran Bung Karno, “Jas Merah” jangan sekali-kali melupakan sejarah, yang telah membentuk identitas menentukan arah kebijakan masa depan, maka dari itu dalam menjaga identitas sejarah adalah merupakan tanggung jawab intelektual sekaligus nasionalisme kita bersama, untuk itu kami berharap melalui diskusi ini akan menghasilkan pemikiran-pemikiran untuk menjadi landasan dalam penentuan penentuan kebijakan kedepan, pinta Ganjar Pranowo.

Pembicara Diskusi dari Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso, S.S, M.Hum dengan tema Desukarnoisasi dan Memori Kolektif Bangsa, di mana Desukarnisasi merupakan proses yang sistematis dalam menghapus peran Soekarno, dimana ada kekuatan asing yang masuk sebagai proxy dengan berbagai strategi dengan penghapusan nama Soekarno dalam narasi, peran besar Soekarno itu banyak, dimana menciptakan Indonesia menjadi kekuatan terbesar di dunia, namun semua itu tidak ada dalam pelajaran sejarah serta diabaikan. yang justru mengecilkan peran Soekarno dalam sejarah bangsa serta membentuk generasi yang tercerabut tentang sejarah bangsa.

Dan untuk mengatasi Desukarnoisasi dengan pendekatan pendidikan publik secara luas untuk kembali menegaskan bahwa Soekarno tidak bisa dipisahkan dengan identitas Indonesia, karena pemikiran Soekarno sangat relevan untuk generasi saat ini, tegasnya.

Tokoh muda, Nata Sutisna dari Pusat Studi Islam dan Soekarno ( KOPIAH CO ) dengan tema Mengenal Indonesia Lewat Bung Karno, dimana peran Soekarno dalam kemerdekaan negara-negara di Afrika sehingga Indonesia dikenal dengan Soekarno di mana Indonesia saat itu tahun 1951 memiliki peran penting dalam persiapan kemerdekaan Tunisia, sehingga masyarakat Tunisia tidak melupakan sejarah perjuangan Soekarno, kita punya bapak bangsa, pendiri bangsa yang berhati Besar dan mulia, membantu negara-negara lain yang masih terjajah saat itu, pemikiran Bung Karno bahwa Bangsa ini untuk semua, bukan untuk satu suku, ras atau agama tertentu, bahwa kita ini satu Bangsa dalam cita-cita yang sama, dan bangsa ini dibangun dengan gagasan yang hebat oleh Soekarno – Hatta, kita harus mempelajari mengenal Indonesia dari Soekarno, tegasnya.

Bonni Triyana menegaskan bahwa Pasal 37 dengan muatan lokal dimasukkan untuk mengangkat nilai-nilai serta pengetahuan di daerah untuk diajarkan, saya mendorong pelajaran sejarah tetap menjadi bacaan wajib, dan ada fenomena perhitungan, dimana anak lebih suka nonton medsos internet juga tiktok, karena dia senang mesti tidak tepat secara emosional.

Untuk itu Kita mendorong betul tentang sastra dan sejarah harus masuk kurikulum pendidikan dan buku harus menjadi sumber rujukan dalam proses belajar mengajar, masukkan dari Internet itu banyak, namun filternya kurang sehingga guru sejarah sangat penting, agar tidak terjadi pembelotan sejarah, karena sejarah dapat saling menghargai perbedaan baik etnis, suku, agama, karena sejarah menjadi pondasi yang menghargai perbedaan.

Ajaran Soekarno seperti gotong royong bisa dikerjakan mulai tingkat SD juga berkepribadian dalam kebudayaan, dalam proyek sejarah banyak peristiwa nasional yang tidak dimasukkan, sementara IKN yang belum selesai justru dimasukkan, sehingga buku tersebut seperti buku humas.

jika perjuangan PDI-P tidak dimasukkan, sebagaimana pesan Ibu Megawati, maka kita akan buat sendiri buku sejarah, buat sejarah yang sejujur-jujurnya dan Seadil-adilnya, tegasnya.

Dalam menutup Diskusi Publik, sekretaris DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur, Eko Witjaksono juga membacakan REKOMENDASI DISKUSI PUBLIK BULAN BUNG KARNO 2025 DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur 21 Juni 2025, diantaranya :

  1. Penulisan Sejarah perlu sebuah kajian dan riset yang dalam dengan memberi peran atau mengajak serta pelaku sejarah, kaum akademisi sejarah.
  2. Ada upaya pendegradasian peran Bung Karno dalam perjalanan negara yang disebabkan sarat dengan kepentingan. Untuk itu Negara perlu mengajak sejarahwan yang dapat bekerja secara independen, jujur dan lepas dari kepentingan penguasa.
  3. Sebagai pembelajaran rakyat, sajikan penulisan sejarah yang ditampilkan apa adanya. Tidak ada yang ditutupi atau ditulis sesuai dengan keinginan.
  4. Mewaspadai De-Sukarnoisasi perlu dibentengi dengan merevisi kurikulum sejarah, mengembalikan simbol-simbol jejak Sukarno dan mewujudkan gagasan besar Bung Karno yang sudah terdegradasi.
  5. Melawan segala bentuk upaya penulisan sejarah yang tidak dilakukan melalui riset yang panjang.

Semoga rekomendasi ini dapat digunakan sebagai penguatan landasan melahirkan kebijakan publik yang berpihak kepada kejujuran sejarah, pintanya.

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement

More in Uncategorized