Connect with us

Uncategorized

PROMOVENDUS CECENG RUCITA UNGKAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD NATSIR, RAIH GELAR DOKTOR DENGAN PREDIKAT CUMLAUDE

PROMOVENDUS CECENG RUCITA UNGKAP PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD NATSIR, RAIH GELAR DOKTOR DENGAN PREDIKAT CUMLAUDE

Salah satu intelektual muda muslim abad ke-20 yang memiliki ketertarikan pada pendirian lembaga Pendidikan adalah Mohammad Natsir. Sebagai representasi dari kaum modernis yang anti penjajahan, Natsir yang pernah belajar di lingkungan Madrasah dan juga Pendidikan Belanda, juga ingin agar para pemuda Indonesia bisa pandai dan maju, untuk itu Natsir terus berusaha mendirikan sekolah Pendidikan Islam (Pendis) pada tahun 1932, Natsir yang lulusan AMS (setingkat SMA saat itu) mengambil langkah yang berani dan idealis. Dan dengan Pendidikan Islam, sebagai upaya untuk mencari alteratif dari sistem pendidikan kolonial Belanda.

Dari dasar pemikiran tersebut, Mahasiswa Program Pascasarjana Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta, Ceceng Rucita berupaya menggali Pemikiran Pendidikan Mohammad Natsir, dalam pendidikan Islam di Indonesia, dan atas Desertasi yang di pertahankan didepan Sidang Terbuka Ujian guna memperoleh gelar Doktor Pendidikan Agama Islam pada Program Doktor Pascasarjana Universitas Islam Jakarta tersebut, akhirnya Promovendus Ceceng Rucita dinyatakan Lulus dengan predikat Terpuji atau Cumlaude.

Dalam proses penelitian, Promovendus Ceceng Rucita melakukan penelitian tentang pemikiran pendidikan Mohammad Natsir dalam pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia serta menganalisis pemikiran Mohammad Natsir, khususnya terkait implementasinya di Sekolah Pendidikan Islam (PENDIS) 1932-1942 dan relevansinya dengan Pendidikan Islam di Indonesia saat ini. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan studi pustaka (library research) dan pendekatan historis.

Dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir yang diimplementasikan di PENDIS adalah konsep pendidikan yang integral, harmonis, dan universal berbasis tauhid. Pendidikan integral adalah memadukan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Pendidikan harmonis adalah menyelaraskan seluruh potensi peserta didik. Serta pendidikan universal, bermakna bahwa ada keseimbangan (balance) antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat rohani dan jasmani, tidak ada dikotomi antara cabang-cabang ilmu.

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa Mohammad Natsir sangat memperhatikan kualitas dan kepribadian guru sebagai ujung tombak bagi pengembangan mutu pendidikan. Bagi Mohammad Natsir guru adalah mujahid di bidang pendidikan yang mau berjuang dan rela berkorban dalam mencerdaskan anak bangsa.

Relevansi pemikiran Mohammad Natsir dalam pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari sekolah-sekolah negeri dan sekolah Islam, Madrasah dan Pondok Pesantren yang mengintegrasikan pelajaran agama dan pelajaran umum pada proses pembelajaran. Sehingga siswa diharapkan cerdas secara intelektual dan spiritual, taat beribadah juga memiliki kecakapan dan keterampilan hidup. Mohammad Natsir bukan orang yang fanatik kepada sistem pendidikan Pesantren, tidak juga larut sepenuhnya pada sistem pendidikan Barat. Pemikiran pendidikan Mohammad Natsir mengedepankan penyatuan kedua sistem tersebut dalam rangka mengimbangi perkembangan dan tuntutan zaman yang dengan secara bersamaan menanamkan nilai-nilai Islam kepada peserta didik agar mereka menjadi para ahli dan professional yang beriman dan bertakwa. Proses pendidikan yang dilakukan Mohammad Natsir tersebut diistilahkan dengan Islamic Pragmatisme.

Atas dasar pemikiran pendidikan oleh Muhammad Natsir tersebut, Dr Ceceng Rucita menegaskan bawah ketokohan pendidikan Muhammad Narsir layak disejajarkan dengan tokoh pendidikan yang lain di Indonesia, seperti Ki Hadjar Dewantoro, KH Achmad Dahlan, KH Wahid Hasyim dan yang lain, karena beliau banyak memikirkan kualitas pendidikan, banyak mendirikan lembaga pendidikan, serta berhasil memasukkan pendidikan Agama Islam ke Pendidikan Formal, serta banyak menulis tentang bahan ajar serta ketokohan beliau menjadikan sekolah pendidikan Islam sebagai Mascot pendidikan, jadi meskipun dikenal sebagai tokoh politisi namun Mohammad Natsir juga layak disebut sebagai tokoh Pendidikan, atas peran maupun jasa beliau, harapnya.

Usai Sidang Ujian Terbuka, Rektor Universitas Islam Jakarta, Prof. Dr.Ir. Raihan, Msi juga mensyukuri atas telah selesainya salahsatu mahasiswa program Doktor Pendidikan Agama Islam, Dr Ceceng Rucita sebagai lulusan ke 55 dengan karya penelitiannya yang mengangkat salahsatu tokoh Politik serta Negarawan, dan Promovendus mengangkatnya sebagai Tokoh Pendidikan, yaitu Mohammad Natsir, dimana tulisan maupun argumen-argumennya sebagai pelaku pendidikan, Pendidik, Pengelola Pendidikan serta sebagai salahsatu inspirator pendidikan di negara ini, paparnya.

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA juga mengaku mengapresiasi Dr Ceceng Rucita yang telah mengangkat pemikiran Mohammad Natsir, yang dikenal sebagai pejuang politik, namun ternyata juga seorang tokoh Pendidikan Islam di Indonesia, dengan pemikiran-pemikiran yang luar biasa, dimana pemikiran Mohammad Natsir yang integral, harmonis dan universal sampai sekarang masih dirujuk semua perguruan tinggi di Indonesia.

Dr Ceceng Rucita yang telah mengangkat kembali pemikiran Mohammad Natsir kita berharap akan terus mengembangkan pemikiran – pemikiran Mohamad Natsir, khususya di semua perguruan tinggi di PERSIS serta perguruan tinggi lain yang dikembangkan oleh Mohammad Natsir, harapnya. (Red).

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Advertisement

More in Uncategorized