Connect with us

DKI Jakarta

Sekarang Saatnya Dialog 4 Mata Jokowi-Habib Rizieq

Cak Nun

UnitingIndonesia.com, Jakarta –
Budayawan, Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) ikut menanggapi peristiwa penempakan terhadap pengawal Muhammad Rizieq Shihab (MRS/Habib Rizieq) oleh Polisi di jalan tol Jakarta-Cikampek Km 50 pada Senin dinihari, 7-12-2020, sekitar pukul 00.30 WIB.

Namun demikian, Cak Nun tampak berusaha menghindari untuk sekadar mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Sebagai contoh, ia menyebut korban tewas dalam penembakan itu sebagai “6 orang rakyat Indonesia mati ditembak,” alih-alih menyebut mereka sebagai Laskar Khusus milik Front Pembela Islam (FPI)

“Menurut FPI yang salah Polisi, menurut Polisi yang salah FPI. Kita rakyat mendengarkan dan percaya ke yang mana?” tanya Cak Nun dalam tulisan berjudul ‘Dialog 4-Mata Jokowi-HRS’ yang diunggah di situs caknun.com.

“Semua keruhnya permusuhan yang tak habis-habis ini adalah akibat yang tidak diurus sebabnya secara mendasar,” tambahnya dengan memberi penekanan pada kata ‘akibat’ dan ‘sebab’.

Cak Nun menilai peristiwa saling tuding yang berakar pada keruhnya permusuhan nasional tak berujung itu merupakan tanda bahwa semua pihak tidak mampu memahami manajemen jarak antara musyawarah menuju mufakat yang terkandung dalam sila ke-4 Pancasila.

Oleh karena itu, menurut Cak Nun, ini momentum tepat untuk menguji apakah bangsa Indonesia punya tokoh dengan jiwa kepemimpinan, berkecerdasan, dan berkebijaksanaan pemimpin. Cak Nun pun mengusulkan harus ada dialog antar-pemimpin, setidaknya bagi dua tokoh yang memiliki banyak pengikut yang terkait dengan peristiwa tersebut: Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Habib Rizieq.

“Sambil menunggu Presiden mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya enam rakyatnya: sekarang saatnya terjadi Dialog 4 mata antara Jokowi dengan Habib Rizieq.
Di’wali’i misalnya oleh Pak Jusuf Kalla dan Gus Mus (KH Mustofa Bisri). Bisa disusul dialog-dialog berikutnya antar berbagai kelompok dan stakeholders bangsa ini,” kata Cak Nun.

Harus dicapai dari dialog tersebut:

1.Menang bersama, bukan menangan sendiri.

2.Semua insyaallah menjadi lerem dan tenang oleh pertemuan itu.

3.Tidak boleh ada yang dipermalukan.

“Menang tanpo ngasorake. Yang menang NKRI, Persatuan Kesatuan, Bangsa dan Rakyat Indonesia. Win-win Game. Kita punya Pancasila, kita pelaku Demokrasi, kita punya warisan wisdom luar biasa dari sejarah masa silam. Kita pastikan apapun yang terlanjur terjadi, pada akhirnya yang menang adalah bangsa dan rakyat Indonesia,” tegasnya. (Dadan Hardian)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Advertisement

More in DKI Jakarta